Posted in Episode Hidup

Blank

Hwaaaaa.. kangen sekali rasanya blogging! 😀
Sudah berapa lama blog ini saya biarkan nganggur? *sapu-sapu sarang laba-laba*

Sejak kakak prajab dan dipasrahin babysit Aruna, belum nemu lagi nih waktu yang pas buat blogging. Malam yang biasanya cukup luang dan senggang untuk ngisi blog, tak lagi kosong karena berbagai urusan babysitter menanti dikerjakan.
Belum lagi persiapan acara bulan depan yang semakin menjelang deadline (iyaa..iyaa..saya belum cerita 😛 ).
Aktivitas pagi-sore kejar-tayang tesis dan beberapa agenda lain juga kadang membuat fisik menuntut waktu istirahat lebih di malam hari.

Akhirnya yaa.. blog ini terabaikan lagi dan lagi. Huhuu.. maafkan saya. 😦
Nggak enaknya tuh, seringnya terlintas ide-ide menulis yang akhirnya tak bisa langsung dituangkan.
Terlalu lama mengendap di otak, turut berkontribusi mendorong otak mencapai titik jenuhnya.

Salah satu titik jenuhnya mungkin kemarin.
Saya tergolong orang yang lebih suka memiliki agenda yang luar biasa padat, sampai tidak ada sedetik pun waktu berpikir: “Sekarang ngapain ya?” karena banyaknya yang perlu diselesaikan, dibandingkan dengan kondisi memiliki terlalu banyak waktu luang.
Capek sih memang.
Tapi ketika setiap detiknya bisa dilalui dengan efektif melakukan sesuatu, saya merasa lega melewati hari itu.
Capek, tapi senang. 🙂
Beda dengan jika saya terlalu santai sehingga godaan bermalas-malasan sering sekali muncul. Melewati satu hari tanpa melakukan hal yang berarti, malah nggak seru kan?

Tapi.. seperti saya bilang di awal tadi, setiap kita punya titik jenuhnya.
Sejak tanggal 6 September bisa dibilang (hampir) tidak punya waktu luang dan otak sangat tanggap menentukan “setelah ini apa”, kemarin saya justru beberapa kali nge-blank.

Kemarin pagi setelah mengantar Aruna ke daycare dan pergi ke lab, konsentrasi saya seolah terjun bebas.
Entah karena ngantuk luar biasa, bosan setelah sekian lama menghitung jumlah dan panjang daun Coelogyne pandurata, atau murni karena kejenuhan otak yang mencapai limitnya, mendadak saya seperti mbak-mbak di iklan air mineral yang di akhir adegan berkata: “Ada Aqua?” 😀

Tiba-tiba nge-blank aja gitu.
Mendadak sibuk bertanya-tanya sendiri: “Eh, aku tu mau ngapain ya?”, “Eh, tadi ceritanya lagi ngapain sih?”

Heheee..

Tapi, satu sisi positif yang bisa saya rasakan adalah.. Saya jadi benar-benar merasakan waktu shalat sebagai waktu beristirahat. Setiap azan terdengar, seolah jadi satu kebahagiaan dan excuse tersendiri karena itu artinya saya boleh berhenti bekerja sejenak. Untuk shalat, tentunya.
Kalau nggak ada subuh, mungkin saya lupa beristirahat dari kesibukan menyiapkan remeh-temeh persiapan Aruna sekolah setiap harinya. Saya biasa beres-beres urusan Aruna sesaat menjelang tidur dan 1-2 jam sebelum subuh.
Kalau nggak ada zuhur, mungkin sejak pagi sampai sore saya masih mantengin tanpa jeda penggaris dan sekian pot anggrek hitam yang harus diamati morfologinya.
Kalau nggak ada ashar, mungkin mata saya masih terus saja ngadepin komputer lab untuk input data tanpa sempat beristirahat.
Kalau nggak ada maghrib, mungkin jadwal tahsin saya sering bablas sampai malam.
Kalau nggak ada isya, mungkin saya terlena oleh rasa kantuk yang sering hadir sesaat sebelumnya.
Waktu shalat yang tak lebih dari 15 menit itu benar-benar terasa mengurangi penat. Bahkan gerakan-gerakannya jadi sekaligus termaknai sebagai peregangan otot. 🙂

Meski demikian, bicara soal blank-nya otak, sebenarnya itu bagian dari alarm tubuh juga.
Namanya manusia kan nggak ada yang super. Sekuat dan setangguh apapun, pasti ada limitnya. Akan selalu ada puncak kelelahan fisik, titik jenuh pikiran, dsb., yang jika dibiarkan efeknya tidak akan baik juga.
Istirahat itu perlu.
Memaksakan aktivitas tertentu terus dilakukan tanpa mempedulikan hadirnya titik jenuh itu malah membuat waktu-waktu kita jadi nggak efektif juga. Banyak nge-blank-nya kan? Gimana mau maksimal optimalisasi waktu? 🙂

Makanya, kalau saya pribadi sih, jika momen blank itu hadir, saya melakukan “pelarian” sejenak.
Kalau waktunya banyak, kadang saya “meliburkan diri” satu hari. Satu hari penuh tanpa urusan tesis, misalnya. Sekedar mengembalikan freshnya tubuh dan pikiran agar bisa kembali optimal mengerjakan tesis esok harinya. 🙂
Kalau waktunya sempit, pelariannya nggak perlu lama-lama. Satu-dua jam, atau bahkan 10-15 menit yang efektif digunakan untuk istirahat kadang ampuh juga kok untuk mengembalikan stamina dan fokus tubuh dan pikiran. 🙂

Well.. Semoga semua urusan kita dimudahkan ALLAH yaa.. 🙂
Semangaaattt..!!

*Curi-curi waktu blogging di komputer lab di sela input data penelitian. Hehee*

Author:

positive.perfectionist.optimistic

9 thoughts on “Blank

  1. setuju banget kalo rehat sejenak itu perlu, refreshing juga perlu, misalnya ngerjain hobi ato jalan-jalan supaya nggak jenuh. tetap semangat ya! 😀

  2. Rutinitas padat memang bikin kita cepat bosan, stress dan kadang hilang konsentrasi. Perlu dibarengi ada waktu untuk rehat. Semoga urusannya lancar jaya.:)

Leave a reply to nzulfah Cancel reply